Senin, 29 Juni 2009

TAHAP PERKEMBANGAN BAHASA

TAHAP PERKEMBANGAN BAHASA

PADA ANAK BERUSIA DUA TAHUN

Oleh Yuniar Siti Wahyuni

ABSTRAK

Penelitian ini merupakan penelitian bahasa kanak-kanak pada perkembangan pra-sekolah. Subjek penelitian adalah seorang anak berusia dua tahun yang berasal dari kabupaten Bandung. Data yang digunakan adalah data autentik dari hasil pengamatan bahasa pada anak tersebut. Penelitian yang akan dibahas adalah tahap perkembangan bahasa anak yang berupa tuturan dua kata yang bersifat telegrafis, yaitu hanya mengucapkan kata-kata yang mengandung arti yang paling penting.

PENDAHULUAN

Selama masa awal kanak-kanak, seorang anak memiliki keinginan yang kuat untuk belajar berbicara. Hal ini disebabkan karena dua hal. Pertama, belajar berbicara merupakan sarana pokok dalam sosialisasi. Kedua, belajar berbicara merupakan sarana untuk memperoleh kemandirian. Anak-anak yang tidak dapat mengemukakan keinginan dan kebutuhannya, atau yang tidak dapat berusaha agar dimengerti orang lain cenderung tidak berhasil memperoleh kemandirian yang diinginkan.

Pemerolehan bahasa tiap-tiap anak berbeda, tergantung kemampuan anak tersebut. Seorang anak tentu saja mempunyai tahapan-tahapan dalam memperoleh kemampuan bahasa tersebut.

Menurut Aitchison (1984), tahap kemampuan bahasa anak adalah sebagai berikut :

Tahap 1. Menangis

Menangis pada bayi mempunyai beberapa makna, seperti tangisan untuk minta minum, minta makan, tangisan karena kesakitan, dan sebagainya.

Tahap 2. Mendekur

Mendekur sebenarnya sulit dideskpripsikan, karena bunyi yang dihasilkan mirip dengan vokal, tapi hasil bunyi itu tidak sama dengan bunyi vokal yang dihasilkan orang dewasa. Tampaknya dengan mendengkur si bayi melatih peranti alat ucapnya.

Tahap 3. Meraban

Secara bertahap, bunyi konsonan akan muncul pada waktu anak itu mendekur dan ketika anak mendekati enam bulan, ia masuk pada tahap meraban. Secara impresif anak menghasilkan vokal dan konsonan secara serentak.

Tahap 4. Pola Intonasi

Pada usia delapan atau sembilan bulan, anak mulai menirukan pola-pola intonasi. Hasil tuturan anak mirip dengan yang dikatakan oleh ibunya. Anak tampaknya mencoba menirukan percakapan dan hasilnya adalah tuturan yang kadang-kadang tidak dipahami oleh orangtuanya atau orang dewasa yang lain.

Tahap 5. Tuturan satu kata

Antara umur satu tahun dan delapan belas bulan anak mulai mengucapkan tuturan satu kata. Jumlah kata yang diperoleh bervariasi tergantung masing-masing anak.

Tahap 6. Tuturan dua kata

Pada tahap ini tuturan bersifat telegrafis, yaitu mengucapkan kata-kata yang mengandung arti paling penting.

Tahap 7. Infleksi kata

Secara gradual, kata-kata yang dianggap remeh atau tidak penting mulai digunakan. Infleksi kata juga mulai digunakan. Kata-kata yang dianggap remeh dan infleksi itu mulai merayap di antara kata benda dan kata kerja yang digunakan oleh anak.

Tahap 8. Bentuk tanya atau bentuk ingkar

Pada tahap ini anak sudah mulai memperoleh struktur kalimat yang lebih rumit.

Tahap 9. Konstruksi yang jarang dan kompleks

Pada usia lima tahun, anak secara mengesankan memperoleh bahasa. Kemampuan bahasa terus berlanjut meskipun agak lamban. Tata bahasa anak berusia lima tahun berbeda dengan tata bahasa orang dewasa. Tetapi lazimnya mereka tidak menyadari kekurangan mereka dalam hal itu.

Tahap 10. Tuturan yang matang

Perbedaan tuturan anak dengan tuturan orang dewasa secara pelan-pelan akan berkurang ketika usia anak itu semakin bertambah. Ketika usianya mencapai sebelas tahun, anak mampu menghasilkan kalimat perintah yang setara dengan kalimat perintah orang dewasa.

METODE PENELITIAN

Subjek Penelitian

Subjek kajian ini adalah seorang anak berusia dua tahun yang berasal dari kabupaten Bandung. Bahasa pertama yang diperoleh anak ini adalah bahasa Indonesia meskipun berasal dari daerah Sunda.

Pendekatan

Penelitian ini menggunakan beberapa pendekatan, antara lain sebagai berikut.

1. Observasi

Peneliti melakukan pengamatan terhadap subjek penelitian. Penelitian dilakukan beberapa hari, yaitu saat subjek penelitian berbicara dan berinteraksi dengan orang di sekitarnya.

2. Studi Pustaka

Untuk mendukung dan memudahkan penelitian, peneliti melakukan studi pustaka dari berbagai sumber pustaka.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada usia sekitar dua tahun, anak-anak mulai mengembangkan kata-kata tunggal menjadi ucapan dua kata, seperti “ingin susu” (seharusnya “aku ingin minum susu”). Ucapan ini merefleksikan suatu apresiasi pelaku, obyek, dan lokasi.

Pada awal tahap tuturan dua kata ini, tuturan anak cenderung bersifat telegrafis, yaitu hanya kata-kata penting saja yang disampaikan. Kata-kata yang fungsinya kecil dihilangkan.

Walaupun singkat, tuturan-tuturan ini mengungkapkan sebagian besar fungsi bahasa, seperti melokalisasi objek, dan menguraikan kejadian dan tindakan.

Beberapa tuturan dua kata ini dapat dilihat di tabel di bawah ini.

NO

FUNGSI TUTURAN

TUTURAN DUA KATA

1

Menyebutkan tempat dan nama

Mama Ati

Rumah Dede

2

Menyatakan keinginan

Makan kue

Minum susu

Dede pipis

Botol air

3

Menolak

Jangan buka

Bukan itu

4

Menggambarkan peristiwa, tindakan, atau situasi

Allah Akbar

Ibu pergi

Kakak tidur

Beli baso

5

Menunjukkan milik

Boneka Ani

Kamar Dede

6

Memberi sifat dan kualitas

Baju bagus

7

Bertanya

Ke mana?

Di mana?

Pada fungsi tuturan menyebutkan nama dan tempat, ada contoh dua kalimat yang diucapkan subjek penelitian, yaitu /mama ati/, dan /rumah dede/. Kata /mama ati/ adalah telegrafis dari kalimat “Mama saya bernama Ati”. Sedangkan pada kata /rumah dede/, maksud kata tersebut adalah “Ini adalah rumah milik Dede”.

Pada fungsi tuturan menyatakan keinginan, yaitu kata /makan kue/ yang berarti “aku ingin makan kue”, begitu juga pada kedua kata berikutnya /minum susu/yang berarti “aku ingin minum susu”, dan kata /dede pipis/ yang berarti “Dede ingin pipis”. Sedangkan pada kata /botol air/ yang dimaksud si subjek penelitian adalah dia ingin agar botol itu diisi oleh air.

Kata yang termasuk fungsi menolak adalah /jangan buka/ yan berarti “pintu itu jangan dibuka”,dan /bukan itu/ yang berarti baju yang dibawa ibunya bukan baju yang ingin dia pakai.

Pada fungsi tuturan menggambarkan peristiwa, kata /Allahu akbar/ diucapkan saat si subjek penelitian mendengar adzan yang berarti sudah saatnya melakukan shalat. Pada kata /ibu pergi/ berarti “Ibu sedang pergi”, /kakak tidur/ berarti “kakak sedang tidur”, dan kata /beli baso/ berarti “membeli baso”.

Fungsi tuturan menyatakan milik, kata /boneka ani/ berarti boneka milik Ani, kata /kamar dede/ berarti kamar milik dede.

Pada fungsi tuturan memberi sifat dan kualitas, kata /baju bagus/ berarti baju itu bagus, sedangkan pada fungsi tuturan bertanya, kata /ke mana/ dan /di mana/ bersifat menanyakan sesuatu pada lawan bicara.

KESIMPULAN

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat kita ketahui bahwa kemampuan bahasa mengikuti tahapan-tahapan tertetu. Seseorang tidak secara langsung dapat berbicara.

REKOMENDASI

Usia sebelum lima tahun merupakan masa emas, di mana seorang anak sedang mengalami tahapan kemampuan berbahasa. Karena itu, ia memerlukan stimulasi agar ia dapat bekerja seperti yang seharusnya. Anak memerlukan lingkungan yang mendukung selama masa emas kemampuan berbahasa.

REFERENSI

Atkinson, Rita L., Atkinson, Richard C. & Hilgard, Ernest R. 1983. Pengantar Psikologi. Jakarta : Erlangga.

Harras, Kholid A. & Andika Dutha Bachari. 2009. Dasar-Dasar Psikolinguistik. Bandung: UPI Press.

Hurlock, Elizabeth B. 1980. Psikologi Perkembangan “Suatu Pendekatan sepanjang Rentang Kehidupan”. Jakarta : Erlangga.